Keyboard II Yamaha PSR - 172 Pengantar Belajar Lagu Klasik

Lulus SMA, saya melanjutkan pendidikan d i Kota Semarang dengan hanya membawa sedikit bekal ilmu bermusik. Memang tujuan utamanya bukan terjun di dunia musik, melainkan memanfaatkannya untuk melancarkan proses sosialisasi dan adaptasi.

Mencari dan Bergabung Bersama Komunitas Musik Di Semarang

Beberapa semester berlalu, namun belum berhasil bagi diri saya menemukan dan bergabung dengan komunitas musik di Kota Semarang.
Bagaimana bisa menemukan dan bergabung dengan komunitas musik, jika keseharian hanya beraktivitas seputar kuliah dan selebihnya hanya berada di kos-kosan
Hingga akhirnya, datang penghuni baru satu kos yang berasal dari Bandung dan mengajak mengikuti seleksi talent untuk tampil di Inagurasi Fakultas Sastra Undip. Saat itu kami membawakan lagu beraliran Grunge milik Nirvana dengan formasi meng-handle instrumnen musik Bass.

Teringat jelas style saya yang masih menggunakan gaya kampungan tapi penuh percaya diri, kami mengikuti seeksi. Hasilnya, performa band kami jauh dari nilai batas nominasi, apalagi lulus seleksi, sehingga belum punya kesempatan untuk beraksi. Namun demikian, saya tetap mengambil nilai positif dengan bersosialisasi dan berinteraksi bersama personel grup lain peserta seleksi sambil mecari informasi.

Fokus Menjadi Keyboardis Berkarakter Klasik

Dari beberapa informasi hasil survei dadakan tersebut, ternyata personel band yang paling banyak dibutuhkan adalah keyboardis. Beruntung bagi saya yang sudah memiliki basic dibidang musik dan instrumen keyboard. Namun sayang keberuntungan saya belum bisa dinikmati sepenuhnya karena masih menghadapi beberapa kendala utama.
Selain bersaing dengan banyak keyboardis yang memiliki skill unggul, saya juga tidak memiliki keyboard standar yang representatif digunakan saat latihan serta perform
Sadar bahwa jumlah keyboardis di Kota Semarang lebih banyak dari Tegal dan ilmunya yang mumpuni, maka saya mulai berpikir melakukan inovasi serta memutuskan untuk menjadi pemain keyboard dengan karakter unik berspesifikasi klasik.

Perjuangan Mendapat Keyboard Standar 5 Oktaf

Langkah awal yang saya lakukan adalah melaksanakan lobbying kepada orang tua agar berkenan menjadi sponsor dalam pengadaan sarana dan media untuk latihan serta saat perform. Proposal bertarget mengisi kafe dan event saya sampaikan kepada Sang Ayah yang memiliki jiwa bisnis. Beliau pun menyetujui dan siap merealisasikannya, dengan catatan saya harus mendapatkan restu dari istrinya.

Saya pun bersemangat menyampaikan keinginan memiliki keyboard standar untuk digunakan perform di atas panggung dan meminta restu dari sang ibu.
Rupanya Sang Ibu punya persepsi lain dan tidak memberi restu pada rencanaku dengan alasan khawatir anaknya terbawa pada pola kehidupan yang bernuansa euforia.
Agak nyesek saat proposalku untuk memiliki keyboard standar 5 oktaf tidak mendapat accord atau acc dari Sang Ibu. Sempat berprasangka, bahwa Ibuku salah jika beranggapan saya akan mudah terbawa pola hidup hedonisme yang penuh glamour. Itu berarti ibuku telah beranggapan bahwa saya belum dewasa...

Hanya sekali saya mengajukan permintaan untuk memiliki keyboard standar yang representatif digunakan untuk perform di atas panggung. Selanjutnya, setelah tidak dikabulkan, saya menggunakan metode lain (saya sebut dengan six code) dalam upaya mendapatkannya. Hal ini justru menambah semangat bagi diri saya untuk berjuang lebih keras mendapatkan apa yang diinginkan.

Tak perlu bertanya, karena mungkin suatu saat akan ditulis dan dipublikasikan cerita bagaimana saya mendapatkan keyboard baru merek Yamaha type Psr - 172 dengan harga berkisar di angka Rp. 1.400.000,-. Saat itu saya dibantu, Handy Pindarso, teman kuliah yang juga menyukai serta menguasai alat musik gitar dengan genre Rock dan Bluess, membawanya dari Java Mall naik angkutan dan jalan hingga sampai di kos-kosan.

Agak lupa, sepertinya saya belum berterima kasih kepada sosok laki-laki yang berambut ikal gondrong. Gentleman ini telah banyak berjasa dalam kehidupan saya selama di Kota Semarang, bahkan setelah kembali ke Tegal pun saya masih sering merepotinya. Bukan tipikal peminta dan tak banyak bicara tentang dirinya, kecuali jika ditanya. Kangen untuk nongkrong bareng dengan sikap cuek dan celotehnya yang naturalis serta apa adanya...

Belajar Otodidak Lagu Klasik Bersama Yamaha PSR-172

Setelah mendapatkan keyboar baru, saya lebih bersemangat mempelajari dan mendalami instrumen musik keyboard. Salah satu metode yang saya pilih untuk menunjukkan semangat itu adalah dengan meng-up grade sekaligus meng up date ilmu pengetahuan, teknik (skill) permainan keyboard saya agar memiliki ciri khas.
Tampak Penuh
Beruntung, saat sedang semangat mempelajari instrumen musik keyboard, melalui MIRC saya chatting dan berkenalan dengan pemain musik gereja dari Solo. Setelah lama berinteraksi dan dengan intensitas tinggi, singkat kata saya dikirimi beberapa partitur atau notasi balok lagu-lagu klasik. Salah satu yang membuat saya tertarik dan semangat untuk mempelajarinya adalah "Turkish March" milik Wolfang Amadeus Mozart.
Notasi sudah dapat, namun saya menghadapi kendala untuk membacanya. Saya tidak bisa berkomunikasi langsung disetiap waktu untuk bertanya bagaimana cara membaca not balok. Saya harus membuat janji melalui email untuk berkomunikasi dan chatting melalui MIRC kembali.
Kondisi komunikasi yang tidak lancar akhirnya dapat teratasi saat berkunjung ke Perpustakaan Wilayah Jawa Tengah yang lokasinya tidak jauh dari tempat kos. Hanya ditempuh kurang dari sepuluh menit dengan berjalan kaki dari Pleburan Barat sampai di Sriwijaya - Tegalsari. Di Perpustakaan Daerah ini saya menemukan buku tentang Not Balok yang kemudian menjadi referensi utama bagi saya mempelajari notasi musik.


Postingan terkait:

Belum ada tanggapan untuk "Keyboard II Yamaha PSR - 172 Pengantar Belajar Lagu Klasik"

Posting Komentar

Silahkan menulis komentar untuk kebaikan anda, saya, dan orang lain...