Setelah Dua tahun lebih mengajar di sekolah Swasta (SMK Kusuma Bangsa Pangkah) dan Tiga tahun lebih mengajar di Madrasah milik Pemerintah (MTs Negeri Babakan) saya dipercaya menjadi Wali Kelas. Saya merasa sangat beruntung, karena di MTs N Model Babakan Lebaksiu Tegal yang berkarakter memisahkan ruang kelas putra dengan putri, tidak semua guru bisa mendapat kesempatan untuk masuk di jaringan “Full Day School”. Meski belum menjabat Pegawai Negeri Sipil (PNS), pertama kali ditugasi wali kelas, saya langsung menangani kelas yang dicita-citakan menjadi "Pilot Project" menuju kelas ideal.
Kelas 8 Full Day School Putra atau biasa disingkat dengan 8 FDS 1 (Pa), merupakan kelas pertama saya ditugasi sebagai wali kelas. Ditengah jumlah jam mengajar yang tergolong padat, yaitu total 36 jam (34 jam pelajaran – 17 kelas – serta 2 jam sebagai Pembina Seni), saya ditunjuk sebagai wali dari anak-anak dalam kelas yang akan dijadikan sebagai contoh dan acuan. Kondisi tersebut merangsang adrenalin dan jiwa muda (berusia 30 tahun) saya untuk menaklukkan “tantangan” sekaligus ujian bagi manajemen kepemimpinan yang dimiliki diri saya.
Sebagai wali kelas baru di madrasah yang tergolong besar, baik bangunan maupun jumlah guru dan staf tata usaha (TU) serta peserta didiknya (guru dan staf TU lebih dari 90 orang dengan peserta didik lebih dari 1200 anak), saya harus banyak belajar dari rekan-rekan guru senior. Beruntunglah, posisi tempat duduk saya dilingkari guru-guru yang mempunyai dedikasi tinggi terhadap dunia pendidikan sehingga saya sering mendapat petunjuk dan arahan serta bimbingan dari mereka.
Kondisi awal saat saya diserahi Kelas 8 FDS 1 berjumlah 28 anak dari berbagai latar belakang, baik orang tuanya sebagai Tentara, Guru, Pedagang, Pengusaha, maupun Pegawai Pemerintah. Kondisi ini berbeda dengan kelas reguler yang jumlah peserta didiknya berkisar antara 32 hingga 45 anak dalam satu kelas. Hal ini tentu menguntungkan bagi guru dalam melaksanakan pembelajaran di kelas 8 FDS 1 karna lebih berpotensi besar untuk mengenal anak-anaknya.
Prioritas pertama sebagai wali kelas baru adalah mewujudkan semangat kebersamaan, menerapkan, dan membiasakan pada peserta didik untuk selalu menjaga kelas 8 FDS 1 tetap bersih dan tertib. Kendala muncul pada saat ruang kelas dipindah dari bangunan baru dengan fasilitas (AC, Gorden, dan LCD) baru pula ke bangunan dan fasilitas lama. Semangat yang sudah dipupuk untuk bersama-sama menjaga kebersihan kelas hampir pudar saat menjumpai kondisi kelas dengan bangunan yang jauh dari sempurna (tembok belum dicat, LCD tidak bisa digunakan dengan baik, Jendela kaca pecah, Gorden kotor, Ternit rontok dan rusak, lantai keramik berlubang, AC bocor). Kondisi ini diperparah lagi dengan kalimat dari beberapa guru yang menyatakan, “Sebagus apapun ruang yang diberikan pada kelas putra, bakal cepat rusak…”.
Tanpa diduga, ternyata sikap anak-anak kelas 8 FDS 1 lebih dewasa dalam merespon hal tersebut. Hanya dengan sedikit motivasi, mereka bisa kembali bersemangat untuk berkreasi. “Kita di sini untuk belajar… belajar beradaptasi, belajar untuk bersikap dewasa, dan belajar untuk menjadi lebih baik. Tunjukkan kepada mereka bahwa kita di sini adalah subjek, bukan objek. Beritahukan kepada mereka bahwa dimanapun kita berada, kapanpun, dan dalam kondisi apapun kita bisa melakukan yang terbaik dan bermanfaat.”.
Suasana kelas 8 FDS 1 kembali ceria untuk beraktivitas dan menghasilkan kreativitas. Posisi tempat duduk yang awalnya membelakangi layar LCD diubah menjadi searah dengan layar. Dinding yang belum dicat sebagian disulap dengan dilapisi kertas Asturo Putih untuk mempermudah tampilan layar LCD. Tata letak properti dan alat kebersihan kelas diatur ulang sementara agar terlihat lebih rapi. Aktivitas seperti itu mereka lakukan dengan gaya kocak sambil berjoged menirukan style unik para penyanyi dangdut.
Suasana Kocak Memberikan Semangat Baru di Kelas 8 FDS 1 |
Pada pertengahan semester gasal, satu anggota dari kelas 8 FDS 1 mengajukan pindah dari madrasah. Berbagai upaya dilakukan untuk mempertahankannya baik oleh keluarga, teman sekelas, maupun guru BK dan penyelenggara Full Day School. Namun, keinginan pindah tersebut seakan merupakan akumulasi dari kuatnya keinginan yang tertahan sejak awal masuk kelas FDS. Akhirnya, dibuatlah keputusan bulat untuk melepaskannya agar tidak menghambat proses perkembangan psikologi anak tersebut. Tanggal 16 Oktober 2013 Faris Fajar Fathulloh resmi pindah dari kelas 8 FDS 1 MTs Negeri Babakan ke SMP N 3 Slawi.
Kendala lain muncul dari kalangan guru baik yang mangajar maupun tidak mengajar kelas 8 FDS 1. Dari kalangan guru yang mengajar, setidaknya ada (berarti bisa lebih dari) Tiga guru yang merasa berat mengarahkan dan mengajar di kelas 8 FDS 1. Karakter anak yang mungkin dianggap sulit diarahkan, susah diajak kerjasama, tidak cekatan ketika mengerjakan tugas sehingga harus dikejar-kejar terus untuk menyelesaikannya membuat sebagian guru merasa jenuh dan kehabisan stok kesabaran. Bahkan beberapa diantarnya “putus asa” dan tidak mengajar untuk beberapa kali pertemuan. Bagi wali kelas 8 FDS 1, moment guru pelajaran tidak hadir dan mengajar di kelasnya digunakan untuk pembinaan (karena kebetulan dalam satu minggu hanya bertemu 2 jam di pelajarannya). Meski terkadang Wali Kelas mempunyai jadwal mengajar di kelas lain, namun tetap mengambil keputusan untuk mendampingi anak-anak kelas 8 FDS 1 yang jamnya kosong. Analoginya: jika anak anda ditelantarkan oleh orang yang ditugasi menjaganya, apakah anda akan membiarkannya dan tetap melaksanakan tugas...? Kekosongan jam tersebut biasanya diisi dengan berdiskusi mengenai kelas, guru, dan aktivitas anak-anak atau kerja bakti untuk membersihkan dan memberesi ruang kelas.
Pada pertengahan pembelajaran, wali kelas secara sepihak membuat ketentuan tentang larangan membawa netboook atau laptop dengan pertimbangan nilai produktifitas peserta didik tidak ada karna penggunaannya masih didominasi untuk jejaring sosial dan game.
Di akhir semester, akhirnya saya membuat beberapa catatan yang diantaranya:
- Masih dijumpai ada anak yang mencontek;
- Kerjasama dalam kebersihan dan ketertiban sudah mulai terbentuk. Hal ini dibuktikan dengan peraihan juara 1 Lomba Kebersihan Kelas untuk kelas 8 Putra;
- Intensitas ketidakhadiran peserta didik baik karena Sakit, Ijin, maupun Tanpa Keterangan masih tinggi;
- Kepatuhan terhadap ketentuan hasil kesepakatan ataupun sepihak dari Wali Kelas sudah cukup bagus (Rutinitas Uang Kas, Tadarus, Piket);
- Secara akademik, jika diukur secara global seluruh kelas 8 MTs Negeri Babakan, maka tergolong mengalami penurunan dibanding tahun sebelumnya (Kelas 7). Sebab, dari 2 anak yang dulu berada di urutan rangking 10 besar MTs N Model Babakan, kini hanya 1 diurutan ke 8;
- Tingkat keluhan dari Peserta Didik terhadap kondisi ruang dan guru yang mengajar sudah mulai berkurang. Hal ini merupakan akibat baik dari mulai ditatakembalinya beberapa fasilitas dan kondisi kelas (seperti dicatnya sebagian ruang kelas, AC yang diperbaiki, dan LCD yang diganti) serta komunikasi dan interaksi dengan guru yang sudah mulai membaik.
Rencana ke depan untuk menghadapi kenaikan kelas agar perkembangan peserta didik kelas 8 FDS 1 MTs Negeri Model Babakan mengalami progres, maka akan dilakukan beberapa hal, diantaranya:
- Memperbolehkan anak untuk membawa netbook/Laptop dengan catatan dibatasi jumlahnya, mengoptimalkan fungsinya, larangan terhadap penggunaan jejaring sosial dan game;
- Pengawasan yang lebih teliti terhadap prioritas kerjasama, kebersihan dan kerapian (kelas dan pakaian);
- Pemantauan terhadap tugas peserta didik yang diberikan oleh guru mata pelajaran Sanksi yang tegas bagi Peserta Didik yang tidak masuk (terutama Tanpa Keterangan);
- Memberikan ekstra motivasi kepada Peserta Didik untuk meningkatkan belajarnya.
Belum ada tanggapan untuk "Refleksi Wali Kelas di Program Kelas Unggulan"
Posting Komentar
Silahkan menulis komentar untuk kebaikan anda, saya, dan orang lain...