Teringat saat ayahmu berdiskusi tentang nilai progres dengan teman yang pernah study di Singapura. Beliau banyak cerita tentang perbandingan Indonesia dengan Singapura.
Di sana kemajuan bangsa dipegang oleh para pemuda yang khawatir dengan masa depan generasi penerusnya. Sedangkan di Indonesia, kepemimpinan dipegang oleh golongan tua yang khawatir pada masa depan generasi penerusnya.
Kemudian beliau menanyakan kepada ayahmu:
"Sebenarnya pada ke mana generasi muda Indonesia?"
Ayahmu yang sedang belajar tegas dan lugas pun menjawab:
"Mereka yang muda belum boleh keluar sama yang tua".
Terlihat kernyit di alis mata beliau dan melanjutkan pertanyaan:
"Dasarnya apa kalau menjawab yang muda belum boleh keluar oleh yang tua?"
Ayahmu kembali menjawab, tapi kali ini dengan intonasi sedikit ekstrim:
"Sebenarnya yang tua bukan karena khawatir akan nasib generasi selanjutnya, melainkan karena masih ingin memimpin dan belum siap pensiun".
Terkesan sarkasme, namun itu realitanya.
Ingat, nak... Hari ini engkau masih boleh menangis karena dilarang orang tuamu melakukan suatu hal yang engkau sukai. Namun, jika terus-menerus engkau dilarang karena melakukan hal yang sama, maka keluarlah dari kultur.
Berhentilah menangis dan mulailah menemukan serta mendalami apa yang tidak mereka kuasai. Jadilah insan yang unik dan beda diantara spesies lain di komunitas dengan inovasimu.
Jangan jadikan diri kalian sebagai budak dan penjilat kekuasaan!!!
Pemimpin yang sudah tua seringkali pemikirannya tidak relevan dengan kondisi yang sedang dijalani. Ketahuilah, mereka hanya mengerti sebagian besar tentang politik untuk mengamankan posisinya. Namun, jika kalian memiliki karakter kuat, apapun akan lewat...!!!
Hingga akhirnya, justru akan membalik keadaan dan menjadikan mereka membutuhkan serta bergantung pada kalian. Saat itulah, momen tepat bagi kalian untuk menunjukkan kemampuan sebagai pemimpin (bukan pemimpi).
Hari ini, kalian ku bebaskan untuk menjadi apapun dengan catatan berkomitmen dan konsekuen. Fokus untuk mencapainya dan mengerti akan resiko apa yang harus diterima.
Satu permintaan yang mungkin sedikit memaksa, ijinkan ayahmu memberi doktrin dan melakukan transformasi keahlian terhadap kalian.
Jika kalian beranggapan tidak ada manfaatnya untuk masa depan, berpikirlah untuk melestarikan tradisinya. Mungkin saat ini tidak bermanfaat, namun yakinlah di masa depan akan mendatangkan kebaikan.
Ingat, Nak... Ilmu dan kemampuan yang ayahmu pelajari hari ini, bukan sekedar untuk mendapatkan materi. Melainkan upaya mempersiapkan pensiun dan mendesain masa depan.
Untuk yang suka bekerjasama:
Terima kasih, kalian bisa menjadi tim yang hebat...
Belum ada tanggapan untuk "Muda Jangan diPensiun Tua Jangan Foya-Foya (Kuasa)"
Posting Komentar
Silahkan menulis komentar untuk kebaikan anda, saya, dan orang lain...